Bullying
berasal dari kata bully,
yang dalam bahasa inggris yang berarti
penggertak, orang yang mengganggu orang
lemah, menggertak, mengganggu (Echols dan Hassan, 1992:87)
Menurut Bambang Sudibyo yang
dikutip dalam Kompas (Senin, 01 Mei
2006) menyebutkan bahwa Bullying bermakna penyiksaan atau pelecehan yang
dilakukan tanpa motif tetapi dengan sengaja atau dilakukan berulang-ulang
tehadap orang yang lebih lemah. Sedangka menurut SEJIWA (2006), bullying
diartikan sebagai tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tak
berdaya. Sarwono (Astuti, 2008) menyebutkan bahwa Bullying adalah tekanan dari
sekelompok orang yang lebih kuat, lebih senior, lebih besar, lebih banyak,
terhadap seseorang atau beberapa orang yang kebih lemah, lebih junior, lebih
kecil.
Kata bullying sulit
dicari padanan kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia. Beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli, bullying dapat
diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyakti
orang lain yang dilakukan oleh pihak
yang kuat terhadap pihak yang lemah secara berulang-ulang sehingga korban
merasa tertekan.
FAKTOR PENYEBAB BULLYING
Faktor-faktor
penyebab terjadinya bullying antara lain (Ariesto, 2009):
a) Keluarga.
Pelaku
bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan
perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari
sini anak mengembangkan perilaku bullying;
b) Karena
pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya
berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;
c) Faktor
Kelompok Sebaya.
Anak-anak
ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam
usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
d) Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisi
lingkungan social dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah
satu factor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah
kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tak heran jika di lingkungan sekolah
sering terjadi pemalakan antar siswanya.
e)Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying
dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas
(Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang
ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
Menurut Seto Mulyadi, seorang psikolog,
bullying disebabkan karena :
a) Saat ini remaja Indonesia penuh tekanan, terutama yang
datang dari sekolah akibat kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang
terlalu kaku. Sehingga sulit bagi remaja untuk menyalurkan bakat non-akademisnya.
Penyalurannya lewat kejahilan-kejahilan dan menyiksa;
b) Budaya
feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat menjadi salahsatu
penyebab bullying , wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang bawah harus
nurut sama yang atas.
KARAKTERISTIK PERILAKU BULLYING
Adanya
perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban
2.
Tindakan
itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan rasa tertekan korban
3.
Perilaku
itu dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus
Riset membuktikan bahwa pelaku bullying memiliki citra diri yang relatif positif,
sebagian besar populer. Mereka sering berada dalam kelompok dua atau tiga orang
yang memberi dukungan dan sering bergabung ketika terjadi bullying.
Ciri-ciri pelaku bullying antara lain :Sering bersikap agresif terhadap orang dewasa bahkan terhadap
ortu dan guru; menguasai teman-temannya, menekan lainnya dan menunjukkan
dirinya dengan kekuatan dan ancaman; cepat marah, impulsif, sulit diatur,
kasar, dan hanya menunjukkan simpati yang sangat kecil kepada korban bully;
pandai beralasan untuk mencari jalan keluar dari
situasi yang sulit; ketika dipergoki, mereka mengatakan hanya iseng atau
bercanda.
Penyebab seseorang melakukan
Bullying: kemampuan adaptasi yang buruk, pemenuhan eksistensi diri yang kurang
(biasanya pelaku bullying nilainya kurang baik), adanya
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpuaskan di aspek lain dalam kehidupannya,
hubungan keluarga yang kurang harmonis, bahkan bisa jadi si pelaku ini juga
merupakan korban bullying sebelumnya atau di tempat lain.
KARAKTERISTIK
KORBAN BULLYING
1.
Mungkin mereka memiliki semacam kekurangan
atau perbedaan , baik secara fisik ataupun materi
2.
Mungkin mereka memiliki masalah di rumah yang
membuat mereka sedih
3.
Mereka memiliki sesuatu yang membuat para bully
cemburu, misalnya bakat
4.
Mereka tidak ingin melakukan apa yang
diperintahkan oleh para bully sehingga mereka dihukum
5.
Mereka tidak bisa membela diri mereka sendiri
Tanda-tanda anak korban Bullying:
1.
Kesulitan dalam bergaul
2.
Merasa takut datang ke sekolah sehingga sering
bolos
3.
Ketinggalan pelajaran
4.
Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam
mengikuti pelajaran
5.
Kesehatan fisik dan mental (jangka
pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
BENTUK PERILAKU BULLYING
Bullying Fisik
Penindasan
fisik merupakan jenis bullying yang
paling tampak dan paling dapat diidentifikasi
diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun
kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden
penindasan yang dilaporkan oleh siswa.
Yang termasuk jenis penindasan secara fisik adalah
memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar,
serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta
merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik
anak yang tertindas. Semakin kuat dan
semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan
walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara
serius.
Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk
penindasan yang paling umum digunakan, baik
oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat
dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman
sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal
dapat diteriakkan di taman bermain bercampur
dengan hingar-bingar yang terdengar oleh
pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai
dialog yang bodoh dan tidak simpatik
di antara teman sebaya.
Penindasan verbal dapat berupa
julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain
itu, penindasan verbal dapat berupa
perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon
yang kasar, e-mail yang
mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan,
tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.
c.Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit
dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah
pelemahan harga diri si korban penindasan
secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak
yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan
mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan
atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti
pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergedik,
cibiran, tawa mengejek dan Bahasa tubuh yang kasar.
d.Cyber bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban
terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms,
pesan di internet dan media sosial lainnya.